Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Gembira Dengan Ketaatan
Jumat, 15 April 2022

Khutbah Jumat: Gembira Dengan Ketaatan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 13 Ramadhan 1443 H / 15 April 2022 M.

Khutbah Pertama Tentang Gembira Dengan Ketaatan

Sesungguhnya kegembiraan dan kebahagiaan yang hakiki adalah gembira dengan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, gembira ketika bertemu dengan Allah membawa membawa pahala. Itulah kegembiraan yang hakiki. Adapun gembira dengan dunia bukanlah kegembiraan yang terpuji.

Bahkan gembira dengan dunia seringkali melalaikan manusia. Berapa banyak manusia yang gembira dengan dunia lalu ia pun lalai dari mengingat Allah ‘Azza wa Jalla. Berapa banyak orang yang gembira dengan dunia lalu menimbulkan ujub dan kesombongan, menimbulkan berbagai macam kelaliman dan kedzaliman.

Oleh karena itulah Allah berfirman tentang Si Qorun yang bergembira dengan dunianya sehingga menyebabkan ia sombong dan berbuat dzalim. Allah berfirman:

… لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

“‘Jangan kamu bergembira,’ sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang bergembira seperti itu.” (QS. Al-Qashash[28]: 76)

Seorang mukmin kegembiraannya bukanlah dengan kehidupan dunia. Seorang mukmin kegembiraannya ketika ia bisa melaksanakan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Apalagi ketika ia bertemu dengan Allah membawa pahala amalan shalihnya.

Sungguh saudaraku.. Inilah yang didapati oleh orang-orang yang berpuasa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ صَوْمِهِ

“Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan; yaitu kegembiraan ketika ia berbuka puasa dan kegembiraan ketika ia bertemu dengan Rabbnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Ketika ia berbuka puasa, bukan hanya sebatas ia bergembira karena bisa makan dan minum lagi. Tapi ia bergembira karena Allah telah membantunya untuk berpuasa di hari itu, karena Allah telah memberikan kepada dirinya kekuatan dan kesehatan sehingga ia bisa menaati Allah ‘Azza wa Jalla di hari itu. Ia bergembira dengan ketaatannya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam riwayat Tirmidzi:

من سرَّتْهُ حسنتُهُ وساءتْهُ سيِّئتُهُ فهو مؤمنٌ

“Siapa yang ia merasa gembira dengan amalan shalihnya dan ia merasa susah dengan amalan keburukannya, maka ia tanda seorang mukmin.” (HR. Tirmidzi)

Saudaraku.. Allah menyuruh kita bergembira dengan rahmat Allah tersebut. Allah berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmatNya lah hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan dari kehidupan dunia.`” (QS. Yunus[10]: 58)

Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari ketika menafsirkan ayat tersebut, beliau berkata “Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah (yaitu Islam) dan rahmatnya (yaitu Al-Qur’an) hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan dari kehidupan.`”

Subhanallah.. Allah menyuruh kita gembira dengan kegembiraan yang luar biasa terhadap hidayah yang Allah berikan kepada kita (yaitu Islam), terhadap Al-Qur’an yang Allah turunkan kepada kita.

Sungguh di bulan Ramadhan ini kita sangat dianjurkan untuk bergembira dengan Al-Qur’an; membaca Al-Qur’anul Karim, merasakan kenikmatan dan kesejukan ketika tilawah dengannya. Sungguh di bulan Al-Qur’an ini kita melihat Salafush Shalih pun mereka sibuk dengan membaca Al-Qur’anul Karim. Maka dari itulah bulan Ramadhan disebut dengan Syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’anul Karim).

Saudaraku.. Inilah kegembiraan hakiki yang menyebabkan kita menjadi hamba-hamba yang senantiasa gembira di atas ketaatan demi ketaatan. Dan sedih ketika kita jatuh kepada kemaksiatan, ketika kita ternyata tidak bisa melaksanakan sebuah kewajiban. Ia sedih, ia merasa susah, karena ia sadar bahwasanya itulah tujuan hidupnya. Ia di dunia bukan untuk bermain-main, bukan untuk bersenda-gurau. Tapi Allah jadikan ia hidup di dunia untuk beribadah.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada Allah saja.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Mereka-mereka yang seperti inilah yang mengharapkan perniagaan yang tak akan pernah ada ruginya. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ

“Sesungguhnya orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an dan senantiasa mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. Fatir[35]: 29)

Saudaraku.. Seorang mukmin lebih gembira ketika ia bisa menaati Allah. Seorang mukmin lebih gembira melebihi kegembiraannya ketika ia mendapatkan emas ataupun harta yang banyak dan melimpah ruah.

Dahulu para sahabat pun demikian. Ini dia Sa’id bin Amir ketika sampai kepadanya pemberian ‘Umar bin Khattab sebanyak 100 Dinar. Ketika ia tahu bahwa di dalamnya adalah dinar, ia mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Lalu istrinya bertanya kepadanya musibah apa yang melimpa? Maka Said bin Amir berkata: “Musibah dunia ingin merusak agama dan akhiratku.”

Subhanallah.. Ternyata Sa’id bin Amir seorang sahabat memandang bahwa dunia itu hakekatnya hanya akan merusak akhiratnya. Hal ini bukan berarti kita berpaling dari dunia, bukan berarti kita tidak mencari nafkah. Justru Allah memuji orang-orang yang berbisnis, Allah memuji orang-orang yang berdagang/berniaga namun perniagaannya tidak melalaikan mereka dari berdzikir kepada Allah. Allah berfirman:

رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ…

“Mereka orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat…” (QS. An-Nur[24]: 37)

Subhanallah.. Betapa agungnya jiwa-jiwas seorang muslim. Dia menginginkan yang lebih mulia daripada dunia, dia lebih bergembira mendapatkan kehidupan akhirat dan ketaatan dibandingkan daripada kesenangan kehidupan dunia yang fana.

Khutbah Kedua Gembira Dengan Ketaatan

Hakikat dunia bukanlah kegembiraan yang hakiki. Halalnya akan dihisab oleh Allah dan haramnya akan mendatangkan adzab dari Allah ‘Azza wa Jalla. Tak akan pernah kita hidup di dunia selamanya. Setiap manusia tak akan pernah ada yang hidup kekal di dunia selama-lamanya. Ia pasti akan merasakan kematian, dan setiap kita pun akan kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Dan di sanalah setelah kematian akan ada kehidupan yang hakiki. Di sanalah kehidupan yang selama-lamanya yang tak akan pernah ada lagi kematian setelahnya. Yaitu kehidupan akhirat, saudaraku.

Ketika ia kembali kepada Allah dan ternyata membawa pahala yang luar biasa besar karena shalatnya, karena shiyamnya, karena hajinya dan amalan shalilhnya, demi Allah itu adalah kegembiraan yang tidak bisa dibandingkan dengan kegembiraan para pecinta dunia.

Saudaraku.. Kita di dunia lelah dengan berpuasa, kita di dunia lelah untuk menaati Allah. Tapi ketika kita meninggal dunia kelak, semua akan terbayar dengan pahala yang besar, dengan kenikmatan yang tak pernah ada putus-putusnya.

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Gembira Dengan Ketaatan

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Gembira Dengan Ketaatan” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51640-khutbah-jumat-gembira-dengan-ketaatan/